Kabupaten Purwakarta istimewa memiliki masjid dengan arsitektur berkonsep perpaduan tradisional dan modern yang dinamai Masjid Tajug Gede Cilodong.
Dinamai Masjid Tajug Gede Cilodong karena memang berlokasi di Cilodong, Kecamatan Bungursari.
Ketua DKM Masjid Tajug Gede Cilodong, Dedi Mulyadi mengatakan orang-orang selama ini memahami tajug itu secara statis yakni sebagai tempat shalat.
Namun saat pertama kali hendak membangun Tajug Gede ini, Dedi memahami tajug secara dinamis dan universal, sehingga tajug dimaknai bukan sekadar tempat shalat melainkan bangunan yang multi kompleks dimana taman, area olahraga, hingga area pertanian atau perkebunan.
Ketika orang-orang pergi ke tajug, Dedi menyebut mereka masuk dalam keparipurnaan. Ditambah lagi di sana terdapat pula perpustakaan baik manual maupun digital.
Pusat-pusat tajug, Dedi berharap menjadi pusat rekreatif serta tuntutan dalam bentuk sebuah masyarakat yang mendekati kepada masyarakat yang urban.
Pendekatan urban, kata Dedi, dilakukan dengan multifungsi dan digitalisasi. Sedangkan tradisional, dia menyebut dilakukan lewat pendekatan arsitektur.
Selain itu, hal unik lainnya yang dimiliki Tajug Gede Cilodong ini ialah memiliki 9 bedug di dalamnya. Dedi Mulyadi pun menjelaskan makna dari adanya 9 bedug ini.
Menurutnya, 9 itu lambang dari kehidupan manusia yang memiliki 9 tingkatan kehidupan, selain ada 9 lubang yang berada dalam diri manusia.
"Di dalam angka pun hanya tingkatannya sampai 9. Kalau 10 itu kan perpaduan antara 1 dan 0. Lalu, sejarah Islam nusantara adanya wali 9. Jadi, di sini bukan hanya bedugnya yang 9 tapi muazin (orang yang azan) ada 9 orang," katanya.
Masjid Tajug Gede Cilodong ini pertama kali diinisiasi langsung oleh Dedi Mulyadi saat dirinya menjabat sebagai bupati di 2015. Lalu, pada 2016 dilakukan peletakan pondasi, dan pada 2017 masjid ini mulai dibangun. Pembangunan Mesjid Raya Cilodong atau kini dikenal sebagai Tajug Gede Cilodong sudah rampung 100% dan telah diresmikan pada tahun 2018 silam.
Awalnya daerah Cilodong dikenal sebagai ikon prostitusi. Kini, warung remang-remang tidak ditemukan lagi daerah tersebut karena penataan yang dilakukan oleh Pemkab Purwakarta. Mesjid Cilodong menurut dia, dapat mewarnai nilai keagamaan masyarakat setempat.
Nilai kontrak Mesjid yang dibangun di daerah bekas prostitusi tersebut mencapai Rp38 Miliar dan di bangun di atas tanah seluar 10 hektar. Satu hektar digunakan untuk masjid, dan sisanya untuk fasilitas penunjang.
Masyarakat setempat siap melakukan aktivitas keagamaan di mesjid tersebut. Keberadaan mesjid tersebut sudah sangat didambakan.
[© https://purwakartakab.go.id/read/45
https://www.google.com/amp/s/jabar.tribunnews.com/amp/2020/05/08/masjid-tajug-gede-cilodong-purwakarta-mulai-dari-makna-konsep-bangunan-hingga-arti-9-bedug]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar